Kamis, 24 November 2011

CATATAN BARU

Hidup bukan tentang uang yang dikeluarkan

Hidup bukan materi seperti yang dibayangkan
Hidup tentang pena yang bergoyang untuk segores catatan
Berjalan dengan irama kelembutan untuk sebuah kebahagiaan
Memegang harapan dengan kesetiaan
Mendapati benih kehidupan, menjejaki kehampaan
Sulitnya hidup
Terlintas saat waktu berpaling
Dan kenyataan menjadi duri dalam perjalanan
Dan kini kebahagiaan itu hanya harapan semata
Kosong, namun tak lagi kurasakan
Bahagia yang dulu kujalani
Berbuah kenagan yang membekas di dalam catatan
Catatan dalam kejayaan putih,
Abu-abu..



Fokus Pemberdayaan Keluarga

BOGOR – Kementerian Sosial (Kemensos) menyatakan sebagian besar anak yang bekerja di jalan berasal dari keluarga tak mampu. Karena itu, pengembangan ekonomi keluarga anak jalanan (anjal) menjadi salah satu fokus utama program kesejahteraan sosial.

Dirjen Rehabilitasi Sosial Kemensos Makmur Sunusi mengatakan, masyarakat miskin perkotaan sangat memengaruhi tingkat perkembangan dan penurunan jumlah anjal. Untuk mencegah agar anak tidak kembali ke jalanan,perlu ada pengembangan ekonomi keluarga. ”Persoalan ekonomi keluarga kerap jadi penyebab anak bekerja di jalan, bahkan tak sedikit orang tua yang menjadikan anak sebagai tumpuan ekonomi keluarga,” ungkap Makmur pada rapat koordinasi dan sosialisasi program kesejahteraan sosial anak di Bogor kemarin.

Jakarta-Papua Seperti Tom and Jerry

JAKARTA - Dialog antara pemerintah (Jakarta) dengan perwakilan masyarakat Papua diyakini sulit tercapai. Sebabnya, meski warga Papua sudah serius mengeluhkan nasibnya, pemerintah terkesan main-main menanggapi isu tersebut.

Senior Officer Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM) Amiruddin Harahap bahkan mengibaratkan dialog Jakarta dengan Papua bak lelucon dalam film kartun Tom dan Jerry.

"Bagi Tom, itu cuma main-main saja. Tapi buat Jerry, itu soal hidup dan mati. Begitu pula dialog ini. Bagi Jakarta itu cuma main-main, tapi buat Papua itu adalah hidup dan mati," katanya dalam dialog di kantor Komnas HAM, Jakarta, Rabu (23/11/2011).

Gayus Urus Hukum Militer, Senjata Makan Tuan.

 Ketua Mahkamah Agung (MA) Harifin Tumpa menegaskan, ditempatkannya Gayus Lumbuun sebagai hakim agung bidang militer dampak dari keputusan Komisi III DPR.

Pasalnya, saat seleksi hakim agung, Komisi III tidak meluluskan calon hakim agung yang memiliki latar belakang hukum militer. Padahal saat ini MA kekurangan hakim di bidang hukum militer.

"Yang melecehkan itu siapa, kita minta hakim agung militer tapi tidak dikasih (berlatar belakang militer, red)," kata Harifin di MA, Rabu (23/11/2011).